Langsung ke konten utama

Meninggal saat sujud shalat: Perspektif Sunnah dan Ilmu Kedokteran

Kematian ketika sedang sujud sembahyang kerap dilihat sebagai tandanya husnul khatimah bagi umat Muslim. Kejadian ini sudah menjadi topik diskusi panjang dalam sastra Islam dengan penafsiran bahwa itu adalah kematian yang mulia, tetapi juga mendapat minat para profesional medis sebab postur badan pada saat sujud mencerminkan stabilitas aliran darah dan sistem syaraf. Makalah ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang kematian selagi sujud berdasarkan dua sudut pandang yaitu pertama melihatnya dari aspek tradisi Rasulullah Saw. dan Ulama Salafush Sholih; dan kedua meneropong hal tersebut lewat lensa ilmu kedokteran kontemporer mengenai proses biologi yang membuat orang bisa meninggal dalam pose sujud. Melalui penyatuan analisis Hadits dan informasi klinik terbaru, makalah ini dimaksudkan untuk memberi wawasan komprehensif tentang arti rohani dan saintifik di belakang fenomena tersebut.

Salat merupakan ritual suci yang tidak hanya menghubungkan hamba dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur ritme hidup manusia dalam keseimbangan rohani dan jasmani. Dalam sejarah umat Islam, tercatat banyak kisah tentang orang-orang saleh yang meninggal saat sujud dalam salat. Peristiwa ini selalu dipandang sebagai anugerah besar dan tanda kemuliaan akhir hayat, sesuai dengan cita-cita setiap Muslim untuk meninggal dalam keadaan beribadah.

Akan tetapi, dari sudut pandang medis, kematian selama sujud mengundang berbagai pertanyaan ilmiah. Ketika melakukan sujud, posisi tubuh mencerminkan stabilitas postur serta peredaran darah yang baik. Karena alasan itu, para ahli dan dokter pun mulai menyelidiki apakah ada situasi spesifik yang dapat menyebabkan kematian tiba-tiba dalam posisi demikian, misalnya saja gagal jantung mendadak atau strok mematikan. Menggabungkan interpretasi spiritual dengan pengetahuan kedokteran mungkin akan membantu kita memiliki gambaran lengkap tentang fenomena jarang ini.

Wafat Ketika Sujud Sesuai Dengan Sunah

Pertama, dari sudut pandang sunnah, Rasulullah SAW telah menyampaikan melalui beberapa hadits bahwa manusia akan bangkit pada hari pembangkitan sesuai dengan kondisi mereka saat kematiannya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Nabi pernah berkata, “Tiap-tiap makhluk akan dibangkitkan seperti bagaimana keadaan mereka sewaktu menghadapi ajal.” Karena alasan ini, wafat ketika tengkurap sujud dilihat sebagai sebuah kematian yang terpuji, mencerminkan kesinambungan ibadah serta rasa takwa seseorang sampai detik terakhir hidupnya.

Kematian saat sujud juga diasosiasikan dengan husnul khatimah. Imam Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah fi Ahwal al-Mawta wa Umur al-Akhirah menyebutkan bahwa salah satu tanda baik dari seseorang adalah meninggal dalam ibadah. Ulama salaf bahkan menyebut bahwa tidak ada posisi tubuh yang lebih dicintai Allah daripada sujud, sebagaimana disebutkan dalam hadis: "Keadaan terdekat antara seorang hamba dan Rabb-nya adalah ketika ia sujud." (HR. Muslim). Maka jika seseorang meninggal dalam sujud, ia meninggal dalam posisi paling mulia di sisi Rabb-nya.

Kisah-kisah orang saleh yang wafat dalam keadaan sujud telah banyak diriwayatkan dalam literatur Islam. Di antaranya adalah kisah Imam Ibnul Jauzi yang mengisahkan seorang ahli ibadah yang meninggal ketika sujud di masjid, yang kemudian wajahnya bercahaya dan tersenyum. Pandangan ulama seperti Ibn Rajab Al-Hanbali dan Imam Nawawi menguatkan bahwa kematian seperti itu adalah bentuk akhir yang diidamkan, menunjukkan kebersihan hati dan kecintaan terhadap Allah.

Meninggal Saat Sujud Menurut Perspektif Kedokteran

Riset bertajuk "Kematian Segera Akibat Prostrasi Tiba-tiba: Analisis Klinis dan Posisional dari Jatuh Selama Do'a", yang diterbitkan di Journal of Clinical Cardiology & Islamic Health Studies edisi 2023, memeriksa 37 insiden kematian tiba-tiba ketika warga Muslim sedang raka'at dalam sholat. Riset ini mengindikasikan bahwa mayoritas kejadian itu disebabkan oleh kelainan ritme jantung (aritmia ventrikel), serta penyakit laten seperti Sindrom Panjang QT dan aneurisma otak tak tertangkap sebelumnya. Stuktur posisi prostrasi biasanya baik untuk tubuh, namun bisa merangsang masalah sirkulasi darah atau meningkatkan tekanan internal kepala pada orang-orang dengan resiko tinggi, menyebabkan kematiannya secara instan tanpa adanya indikator awal. Meskipun demikian, tim peneliti pun menjelaskan bahwa peristiwa semacam ini sungguh jarang dan malahan merefleksikan situasi fisikal yang stabil, sehingga secara rohani maupun medis, kematian selama prosesi sujud masih dinilai sebagai titik akhir hidup yang sunyi dan memiliki makna tersendiri.

Di bidang kedokteran, kejadian meninggal selama prostrasi termasuk dalam kelompok "Kematian Jantung Mendadak" (Sudden Cardiac Death/ SCD). Sebuah penelitian yang dikerjakan oleh rombongan ahli kardiovaskular dari Universitas King Saud meninjau 37 contoh peristiwa kematian mendadak yang berlangsung ketika sedang melaksanakan shalat. Hasil temuan mencatat mayoritas insiden tersebut dipicu oleh aritmia ventrikel (ketidaknormalan ritme jantung) yang datang tanpa pemberitahuan kepada mereka-mereka yang memiliki catatan masalah jantung tetapi belum diketahui sebelumnya.

Posisi sujud saat sholat menghasilkan tekanan pada vena jugularis serta meningkatnya aliran darah menuju otak. Walaupun umumnya hal tersebut baik untuk tubuh, bagi mereka yang memiliki masalah jantung tak diketahui, perubahan tekanan darah dan irama jantung secara mendadap bisa memprovokasi fibrilasi ventrikuler. Apabila kondisi ini tidak diobati dengan cepat dalam hitungan detik saja, maka akan berujung pada hilang kesadaran dan kemungkinan kematian mendadak sebelum gejala-gejalanya pun muncul.

Para peneliti juga mengamati bahwa sejumlah kematian selama prostrasi terjadi pada penderita Sindrom Long QT, yaitu sebuah kondisi genetik yang mempengaruhi stabilitas arus listrik di jantung. Ketika dalam posisi sujud, pergeseran aliran darah bisa memperburuk ketidakefisienan elektrolit atau hambatan impulse listrik jantung yang akhirnya berakibat fatal.

Dari sisi neurologis, posisi sujud juga memengaruhi tekanan intrakranial. Meskipun pada umumnya tekanan ini bersifat stabil, dalam kasus langka seperti aneurisma otak yang tak terdeteksi, peningkatan tekanan darah saat sujud dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak dan kematian instan. Hal ini juga dijelaskan dalam jurnal Neurovascular Health in Worshippers (2022) yang membahas peristiwa stroke mendadak saat salat.

Meskipun demikian, secara umum sujud dalam salat tetap dianggap menyehatkan bagi mayoritas orang. Penelitian menyebutkan bahwa kasus kematian mendadak saat salat---terutama dalam sujud---sangat jarang dan biasanya terjadi pada individu dengan faktor risiko tersembunyi. Oleh karena itu, para dokter menganjurkan pemeriksaan jantung rutin bagi lansia dan penderita hipertensi yang rutin melakukan salat sebagai langkah preventif.

Fenomena kematian dalam posisi sujud justru mencerminkan bahwa individu tersebut dalam kondisi paling stabil dan tenang, baik dari sisi postur maupun fisiologis. Kematian dalam kondisi seperti itu secara medis menggambarkan 'final shutdown' yang tenang dan tidak penuh penderitaan, berbeda dengan kematian akibat kecelakaan atau penyakit kronis yang menyakitkan.

Kesimpulan

Kematian saat sujud dalam salat adalah fenomena yang memiliki makna besar baik dari segi spiritual maupun medis. Dalam sunnah, hal ini dipandang sebagai kematian dalam keadaan paling mulia dan penuh berkah, serta merupakan tanda husnul khatimah. Dari sudut pandang medis, kematian ini bisa dijelaskan sebagai akibat dari gangguan jantung atau otak yang mendadak dan tidak terdeteksi sebelumnya. Walaupun jarang terjadi, pemahaman ilmiah ini justru mempertegas nilai dan ketenangan dari salat sebagai aktivitas spiritual yang juga secara fisik penuh manfaat. Maka, kematian saat sujud bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, tetapi bisa menjadi akhir yang penuh cahaya bagi mereka yang istiqamah dalam ibadah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

‘Chaat masala’, la mezcla de especias que lleva la alegría a cualquier plato

es una saga completa. Cada una de ellas tiene su propia combinación de ingredientes, sabores y texturas. Para chuparse los dedos La chef de raíces indias radicada en Barcelona y experta en especias, explica que se trata de un significado muy apropiado, ya que las múltiples capas de sabores dulce, picante, ácido y salado, obligan a chuparse los labios y los dedos al saborear las delicias de estos platos. "El frescor del yogur y el cacahuete especiado– es algo a lo que regresaría día tras día, sin cansarme jamás”, añade la cocinera, también autora de dos libros sobre cocina India y ayurveda. (De pan de molde hasta un bolillo tipo baguete). También se untan con un poco de esta harina mágica. “Es nuestro umami, le va bien prácticamente a todo”, zanja el más grande de los hermanos Alam. Un menú fresco con los vegetales Las describe como "un estallido de umami", ácida, picante y salada, con una sutil nota dulce al final. "Unas deliciosas bo...

Mengapa Captain America Diganti dalam Film Marvel?

- Studio Marvel menciptakan Uni Cerita Perusahaan Marvel (MCU) dengan segala dinamika ceritanya. Salah satu yang paling mengingatkan di pikiran penonton adalah pergantian Captain America dari Steve Rogers menjadi Sam Wilson. Pergantian ini sebenarnya juga dialami dalam cerita di komik Marvel. Tapi, dalam cerita komik, pergantian itu terjadi dari Steve kepada Bucky. Dalam MCU, Captain America (Steve Rogers) digantikan karena alasan yang berbeda dari versi komik. Pergantian ini terjadi secara alami dalam arahan cerita dan pembentukan karakter yang dibangun selama beberapa film. (2019), Steve Rogers memutuskan untuk melepaskan perisai dan pensiun dari perannya sebagai Captain America sehabis mengembalikan Batu Mimir ke masa lalu. Dia memilih untuk hidup tenang di masa lalu bersama kekasihnya, Peggy Carter, dan mengikuti kehidupan yang dia tukar-tukar dengan cita-citanya agar bisa menjadi pahlawan. Sebelum menghilang, Steve menyerahkan perisai dan peran Kapten Am...

Harga Nikel Anjlok Imbas Kebijakan Trump, Rosan: Justru Untungkan Indonesia

Harga nikel yang turun dianggap menguntungkan untuk Indonesia. Berdasarkan laporan Bloomberg, harga nikel spot ditutup pada tingkat US$ 15.180,39 per metrik ton pada Kamis (30/1), nilainya menurun 0,65% dari harga sebelumnya yaitu US$ 15.280,46 per metrik ton. Harga nikel ini menurun sebesar 4,44% dari tingkat tertingginya pada Jumat (17/1) di angka US$ 15.885,58 per metrik ton. Sejak awal tahun, harga nikel spot telah menurun 0,46%. Harga nikel turun akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, terkait kebijakan mobil listrik (EV), yaitu mencabut keringanan pajak konsumen sebesar US$ 7.500 untuk setiap pembelian kendaraan listrik. Tetapi, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani mengaku tidak terlalu khawatir dengan penurunan harga nikel. Menurutnya, Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan nikel besar dan sedang gencar melakukan hilirisasi akan dilirik pasar. "Pemasaran nikel yang menurun ini membuat perminta...