Antarktika adalah benua yang paling dingin serta dikenal sebagai wilayah sangat jauh di planet ini, sering kali mengundang rasa ingin tahu bagi banyak insan. Meskipun luasnya melebihi benua Australia, Antarktika memiliki sebagian besar stok air tawar berbentuk es dan fakta itu tak cukup mendorong manusia tinggal dengan tetap stabil di tempat tersebut.
Banyak mungkin orang bertanya-tanya kenapa tak satupun negeri merencanakan mendirikan pemukiman tetap di Antartika, dan hal tersebut disebabkan oleh sejumlah variabel. Perhatikan beberapa argumen saintifik berikut yang melambangkan betapa sukarnya bagi umat manusia untuk menetap dengan cara abadi pada benua es itu.
1. Suhu yang ekstrem

Ternyata temperatur purwa di Antartika bisa sampai minus 60 derajat Celcius, sementara rekornya merosot hingga ke titik minus 89,2 derajat Celsius di Stasiun Vostok. Dalam situasi serupa tersebut, tubuh manusia pasti amat mudah menderita penurunan panas inti dan berpotensi menuju hipotermia hanya dalam waktu beberapa menit saja, lebih-lebih bila tanpa perlindungan dari busana spesial.
Suatu keadaan dingin yang berlebihan tak hanya menyebabkan pembekuan tetapi juga dapat merusak logistik serta infrastuktur sebab banyak teknologi belum tentunya dibuat tahan terhadap temperatur sedemikian rupa tersebut. Kendaraan-kendaraan mungkin cepat membeku dan bahan bakarnya menjadi encer dengan sendirinya, menjadikan sistem listrik lebih rawan terhambat kerusakan.
2. Ketidakhadiran sumberdaya alam yang cukup mendukung kelangsungan hidup

Antartika hampir tidak memiliki adanya sumber daya alam untuk mendukung kehidupan manusia, seperti kayu, tanah yang subur, atau sumber makanan alami. Tidak ada tumbuhan pangan diakibatkan karena tidak bisanya tumbuh di lapisan tanah yang membeku, bahkan perairannya saja sangat dingin dan sulit diakses untuk perikanan.
Kekurangan air paya sebagai sumber utama pastinya merupakan hambatan sendiri karena seluruh jalurnya terhalang oleh lapisan es tebal yang perlu dilelehkan menggunakan banyak energi. Secara jelas, kegiatan bercocok tanam serta beternak diperkirakan tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan teknologi canggih dan pula pengeluaran tenaga.
3. Kondisi geografis yang terisolasi

Sebenarnya Antarktika berada di tengah Samudera Selatan yang terkenal luas dan ekstrem, termasuk ombak tinggi serta balok-balok es yang pastinya menghadirkan tantangan bagi lalu lintas maritim dan udara. Lokasinya yang jauh membuat proses evakuasi darurat dan pendistribusian pasokan menjadi sangat sulit.
Keadaan permukaan Antartika ditandai dengan lapisan es tebal serta retakan-reaksan besar akibat gerusan gletser yang pastinya akan mempersulit upaya konstruksi di sana. Oleh sebab itu, fasilitas penelitian yang telah didirikan masih harus dilakukan pembaruan rutin untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan geseran es dan kondisi iklimnya yang keras.
4. Proteksi global lewat Perjanjian Antarktika

Antarktika sebenarnya tidak termasuk dalam wilayah manapun dan Perjanjian Antarktika yang ditandatangan pada tahun 1959 melarang segala bentuk aktivitas militer, mendirikan negara baru, serta pengambilan sumberdaya alam di daerah itu. Perjanjian ini juga menyatakan bahwa Antarktika hanya boleh digunakan untuk maksud perdamaian atau riset saintifik saja.
Setidaknya dengan memiliki regulasi internasional, maka manusia tidak memiliki hak hukum untuk menetap secara permanen, apalagi mengambil sumber daya alam di Antartika. Hal ini juga menunjukkan bahwa jika teknologi memungkinkan, maka hukum internasional tetap bisa menjadi penghalang.
Antartika memang penuh dengan misteri dan keindahan yang memukau, namun dalam sudut pandang ilmiah dan praktis tentu saja benua ini tetap nyaris mustahil untuk ditempati. Meski memang penelitian dan teknologi terus berkembang, namun Antartika tetap sulit dihuni secara permenan. Meski begitu, Antartika memiliki peran penting dalam perubahan iklim dan sistem Bumi!
Komentar
Posting Komentar