Kilas Balik Karier Jordi Cruyff di Man United, Pahlawan Treble Tanpa Medali yang Terlupakan gara-gara David Beckham

BOLASPORT.COM - Jordi Cruyff secara resmi bergabung dengan tim nasional Indonesia, pria Belanda ini memiliki kisah menarik sebagai bagian skuad jaya Manchester United di era 1990-an.

PSSI secara resmi menunjuk Jordi Cruyff sebagai konsultan teknis tim nasional Indonesia pada tanggal 25 Februari 2025.

Dengan melihat nama belakangnya saja, seseorang berusia 51 tahun dari Amsterdam ini jelas memiliki profil elit di dunia sepak bola.
Ayahnya, Johan Cruyff, merupakan salah satu legenda terbesar dalam sejarah perkembangan sepak bola.
Meskipun begitu, bayangan sang maestro dari Negeri Kincir Angin tampaknya terlalu kabur bagi putranya.
Jordi memulai karir sepak bola bersama dua klub top, Barcelona dan Manchester United.
Hanya, perjalanan hidupnya tidak bisa dikatakan mulus sehingga sosoknya sering dibilang terlupakan.
Pria bernama lengkap Johan Jordi Cruyff direkrut Manchester United dari Barcelona pada tahun 1996 ketika usianya 22 tahun.
Dia masuk kereta rekrutan musim panas lainnya bersama Ole Gunnar Solskjaer, Ronny Johnsen, Karel Poborsky, dan Raimond van der Gouw.
Baru-baru ini, United membayar 1,5 juta paun untuk menebus Jordi setelah ia menunjukkan penampilan yang luar biasa waktu melawan Manchester United 4-0 di Liga Champions.
Kemampuannya menarik perhatian karena mampu menunjukkan kemampuan yang baik dalam melaksanakan berbagai peran di sepertiga akhir lapangan.
Tetapi, awal karirnya di Man United langsung diwarnai dengan kisah ironis karena tertutupi keberhasilan David Beckham.
Pada debutnya di Liga Inggris ketika menghadapi Wimbledon pada tanggal 17 Agustus 1996, Jordi secara tidak langsung membuka jalan Beckham menuju ledakan popularitas.
Pertandingan di Stadion Selhurst Park itu kerap diingat karena gol spektakuler yang khas Beckham.
Tembakan Beckham dari setengah lapangan berhasil menyentuhkan bola ke gawang kiper Neil Sullivan, yang telah maju keluar dari sarangannya.
Ternyata Jordi adalah sosok yang seharusnya mendapatkan perhatian sebelum Beckham.
Pada saat itu, Setan Merah sedang unggul 2-0 atas Wimbledon.
Pada menit-menit kritikal, Jordi memiliki kesempatan mencetak gol dari tendangan jarak 41 meter di depan gawang.
Dia melihat Sullivan keluar dari sarangnya, tapi monyet, tembakan Jordi meleset dari sasaran. Jordi gagal mendapatkan momen spektakuler itu.
Bahkan Beckham yang mencetak golnya beberapa menit kemudian melalui gol bersejarah yang mengubah total kisah perjalanan karier mereka ke arah berlawanan.
Jordi masih mampu tampil brilian di dua pertandingan berikutnya di liga saat dia mencetak gol beruntun ke gawang Everton dan Blackburn.
Sayang, cedera yang dialami terjadi pada waktu yang tidak tepat sehingga membatasi penampilannya.
Jordi tidak lagi mencapai standar performa terbaik dan hanya mencetak 22 penampilan plus 3 gol pada musim debutnya bersama Setan Merah.
Selama 4 musim berkarier di Old Trafford, dia melihat United memenangkan 3 gelar Liga Inggris, tetapi hanya satu yang mendatangkan gelar dalam karirnya, yaitu ketika mereka menjadi juara pada 1996-1997.
Kesialan berikutnya terjadi pada tahun 1998-1999, yaitu musim di mana Manchester United menjadi juara tiga kompetisi besar, yaitu Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions.
Jordi memang memainkan peran penting dalam catatan sejarah ini.
Meski hanya mencetak 2 gol di 5 kali penampilannya di Liga Primer, salah satu golnya sangat berpengaruh besar untuk menghindarkan Manchester United dari kekalahan di Derby County.
Dia pun membantu klub pada kampanye Liga Champions.
Namun, Jordi dipinjamkan ke Celta Vigo pada pertengahan musim kompetisi, sehingga tidak masuk skuad Setan Merah ketika mereka menyelesaikan musim dengan mendapatkan trofi treble.
Imbasannya, secara teknis Jordi tidak bisa mencantumkan status sebagai anggota skuad treble Manchester United 1999 dalam riwayat hidupnya.
"Saya tidak memenangkan medali. Saya tidak mengerti mengapa karena saya bermain lebih banyak dari beberapa orang yang mendapatkannya. Begitulah hidup," ujarnya beberapa tahun kemudian.
Saya terlalu sering mengalami cedera dalam karir dan itu mengorbankan karir saya di Manchester.
Saya tahu itu akan menjadi tahun kesuksesan United, tapi saya harus pergi bulan Januari (1999) untuk mendapatkan kesempatan bermain.
"Celta menginginkan saya selama empat bulan. Saya bahkan tidak punya waktu untuk berpamitan. Saya hanya menulis surat yang ditempel di ruang ganti," kenangnya.
Musim berikutnya, 1999-2000, Jordi kembali dari pinjaman dan Manchester United berhasil mempertahankan gelar liga.
Akan tetapi, lagi-lagi dia tidak berhak mendapatkan medali karena hanya mendapatkan kesempatan untuk bermain 8 kali, kurang dua pertandingan dari syarat minimal pada saat itu.
Setelah mencatatkan 58 penampilan dengan menyumbang 8 gol bagi Setan Merah, Jordi memulai petualangan di berbagai klub.
Alaves, Espanyol, sampai Metalurg Donetsk dan Valletta menjadi pelabuhannya hingga akhirnya menarik kaki dari 2010.
Jordi kemudian mengubah arah dan masuk ke dunia manajerial dengan berkeliling dunia dalam peran sebagai pelatih, manajer tim, direktur olahraga, hingga penasihat teknis.
Timnas Indonesia menjadi destinasi terbaru bagi putra sang maestro Belanda.
Komentar
Posting Komentar