
) sebagai program gagal.
Hanya bayangan tajuk pertumbuhan ekonomi Singapura senilai US$20 miliar atau setara Rp325,94 triliun (asumsi kurs Rp8.000 per dolar AS) itu hanya omong kosong.
Hashim menceritakan bahwa ia pernah berwitjakata dengan utusan khusus dari Presiden Amerika Serikat (AS) bernama John Podesta di Baku, Azerbaijan beberapa waktu yang lalu. Hashim mengatakan, Podesta bertanya tentang kemungkinan lanjutan dari JETP.
Namun, Hashim mengatakan JETP gagal karena tidak ada satu dolar pun dana yang disediakan Amerika Serikat untuk Indonesia untuk transisi energi. Termasuk dana hibah senilai US$5 miliar, total komitmen JETP seluruhnya tidak ada yang dialirkan.
Terjemahan: ternyata. Ya, donasi sebesar AS$5 miliar. Dalam AS$20 miliar ternyata tidak ada. Itu ada khusus dalam JETP itu. AS$5 miliar itu akan donasikan apabila dana tersedia," kata Hashim pada acara ESG Sustainability Forum 2025, Jumat (31/1/2025).
Dalam konteks Indonesia, termasuk PT PLN (Persero). Hashim kemudian memperoleh konfirmasi bahwa memang benar tidak ada bantuan JETP yang masuk ke Indonesia.
"Mengapa katakan macam itu? Kalau sudah siap tidak seperti begitu sekarang ini, tidak seperti apa yang mereka ucapkan. "Siap" mereka bilang oh maaf tidak tersedia. Ini realita Pak. Yang saya dengar dari kawan-kawan PLN. Ya. Jadi, saya rasa kita tidak boleh berharap sebesar US$20 miliar," oleh Hashim.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Presiden Infrastruktur, Kamia Handayani, mengkonfirmasi perkataan Hashim. Kamia menyatakan belum ada anggaran dari JETP yang disediakan untuk menginvestasikan proyek transisi energi di PLN.
"Memang seperti yang disebutkan oleh Pak Hashim tadi, JETP memang tidak secara langsung membiayai proyek dari PLN, ya," katanya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan bahwa dana transisi energi dari skema JETP untuk Indonesia baru dimasukkan ke dalam anggaran sebesar US$500 juta atau Rp7,76 triliun (memperlambatkan asumsi kurs Rp15.521) pada Agustus 2024 lalu.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa pendanaan tersebut bersumber dari Uni Eropa dan International Partners Group (IPG) yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Jepang.
"Ada dua stakeholder dari Uni Eropa, sudah melakukan kerjasama, lalu ada satu lagi dari IPG, dari Amerika Serikat. Uni Eropa itu sekitar US$500 juta," kata Dadan saat ditemui di Jakarta, Rabu (21/8/2024).
Dadan mengatakan, penggunaan dana tersebut langsung dialokasikan kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) yang merupakan pengelola Dana Hayati Energi Terbarukan (JETP), untuk proyek panas bumi (geothermal).
"Kemudian saya diarahkan juga ke SMI untuk proyek geotermal. Itu yang ditunjuk sama pemerintah untuk yang di SMI," ujar Dadan.
Dana JETP, bersama perusahaan lain, Baru Masuk Rp7,7 Triliun untuk Proyek Panas Bumi
Komentar
Posting Komentar