Priangan Insider - Indonesia terkenal dengan kekayaannya dalam bidang batu permata yang menarik minat para pengumpul dan penyuka perhiasan, terlebih lagi batu akik. Di antara berbagai macam jenis batu akik yang digemari, ada dua istilah yang selalu muncul sebagai favorit yaitu Batu Bacan dan Batu Kalimaya (Opal).
Setiap jenis unik dengan pesona sendiri sehingga menarik perhatian di pasaran permata, termasuk skala internasional. Kita akan membahas secara mendalam pertarungan sengit antara Batu Bacan dan Kalimaya, kedua batu akik terkenal ini kental dengan nilai estetika dan unsur mistis.
Batu Bacan: Raja dari Timur Indonesia
Batu Bacan berasal dari Pulau Bacan, yang terletak di Halmahera Selatan, Maluku Utara. Dikenal dengan julukan “Raja dari Timur Indonesia,” Bacan menawarkan pesona warna hijau toska kebiruan yang khas dan memikat. Uniknya, warna Bacan dapat berubah dan semakin cantik seiring berjalannya waktu melalui proses metamorfosis alami yang membuat tampilannya semakin memukau bagi para kolektor.
Fitur khusus dari batu Bacan meliputi kilauannya yang mempesona dan elegan, serta susunan Kristalnya yang istimewa. Batu ini juga dikenali oleh warnanya yang berwarna hijau toska yang mendalam. Kombinasi karakteristik tersebut menjadikan batu bacan begitu populer dan bernilai ekonomis tinggi, dengan banderol harga berkisar antara 2 juta sampai 25 juta Rupiah untuk setiap butirnya, bergantung pada dimensi, transparansi, dan derajat metemorfosa batunya.
Di luar keindahannya yang memukau, batu bacan sering dianggap mengandung energi gaib serta manfaat istimewa oleh kalangan setempat, hal ini pun turut meningkatkan pesonanya dengan nuansa mistis.
Kalimaya (Opal): Pelangi di Dalam Batu
Batu Kalimaya, yang populer dengan sebutan opal, memiliki pesona tersendiri dan tidak kalah mengagumkan. Asli dari wilayah Banten di Indonesia, Kalimaya ternama karena efek spektrum warna-warna yang keluar ketika batuan tersebut terpapar cahaya, suatu fenomena yang dikenal sebagai "play of color" atau sinari pelangi alamiah.
Efek tersebut membuat Kalimaya menjadi batu yang nampak bernyawa, bersinar dengan cahaya pelangi yang menarik perhatian.
Di luar Indonesia, Kalimaya juga sering ditemui di berbagai belahan dunia seperti Australia, Ethiopia, dan Meksiko. Akan tetapi, Kalimaya asal Indonesia masih menonjol dengan karakteristik uniknya yaitu memiliki substrat batuan yang umumnya tembus pandang atau berwarna putih susu, menjadikan pesona alamnya lebih mencolok.
Harga batu Kalimaya memiliki variasi yang lumayan besar, berkisar antara Rp1 juta sampai dengan Rp30 juta tiap bijinya, tergantung pada tingkat keindahan "play of color" serta dimensi batunya. Jenis permata ini sering kali menjadi favorit bagi mereka yang ingin mengubahnya menjadi liontin, cincin, atau perhiasan berkelas lainnya agar dapat meningkatkan kesan anggun dan memukau sang pemakainya.
Siapa yang Lebih Unggul?
Perang antara batu bacan dan kalimaya tak sekadar tentang harga, melainkan juga mengenai keunikannya serta keindahannya. Batu bacan mencuri perhatian lewat pesona misternya beserta kemampuan alaminya untuk berubah warna, sedangkan kalimaya menyihir dengan gradasi warna pelangi yang hidup dan memesona.
Masing-masing memiliki kelebihannya sendiri yang membuat para kolektor atau pecinta batu akik memutuskan dengan pertimbangan selera, prinsip, serta tujuan menggunakan batu itu, entah untuk hiasan ataupun menjadi barang koleksi bernilai besar.
Batu Bacan serta Kalimaya pantas mendapat julukan raja dalam ranah batu akik di Indonesia. Bagi anda yang mengagumi pesona natural beserta perubahan menawan, Batu Bacan menjadi opsi ideal.
Tetapi, apabila Anda jatuh cinta pada kilauan berwarna-warna seperti pelangi yang menakjubkan itu, Kalimaya merupakan batu yang sebaiknya Anda miliki.
Di ranah gemstone collecting, kecantikan sangat bergantung pada sudut pandang dan kisah di balik setiap bongkahan batu. Oleh karena itu, batu yang manakah yang akan Anda pilih? Raja Timur atau pelangi terperangkap dalam sebuah batu? (***)
Komentar
Posting Komentar